Simplicity

May 17th, 2010

Cincin kawin haruskah dipakai ?

Posted by Didit Adipratama in Perkawinan

CinCinKawinPernikahan dapat menjadi hal penting di dalam kehidupan seseorang, bahkan menjadi sebuah goal bagi seseorang untuk menjadikannya sebuah tolak ukur bagi keberhasilan proses kehidupannya pada tahap tertentu. Sebagian besar kaum mayoritas, beranggapan bahwa Cincin kawin merupakan suatu lambang cinta suci antara sepasang kekasih yang bersatu dalam komitmen untuk menjalankan hidupnya dalam ikatan pernikahan. Dengan memakai cincin kawin, juga menjadi suatu tanda bahwa seseorang telah diikat dalam suatu komitmen atau perkawinan. Jadi secara ideal, cincin kawin sebaiknya selalu dipakai seseorang baik pria maupun wanita sebagai tanda kalau mereka sudah menikah atau bisa juga secara klise sebagai suatu simbol agar selalu teringat akan pasangannya. Kemanapun dan kapanpun pasangan itu pergi, cincin kawin idealnya selalu ikut bersama, terpasang dengan baik di jari manis sebagai simbol kekuatan cinta.

Pada prakteknya, banyak didapati pasangan yang memilih tidak mengenakan cincin. Hal ini memang sering menimbulkan pertanyaan bagi yang melihatnya. Apakah seorang suami akan mengaku masih bujangan ketika berada di luar rumah pada saat tidak memakai cincinnya? Namun, para wanita saat ini juga banyak yang memilih tidak mengenakan cincin. Apakah absennya cincin dari jari wanita juga disebabkan ia ingin mengaku masih single di luaran? Rasanya tidak. Ada beberapa alasan yang mereka lontarkan:

  1. Menganggap memakai cincin kawin tidak begitu penting, atau tidak mutlak harus dilakukan. Selama pasangan sama-sama bertanggungjawab dengan status pernikahannya dan bersikap layaknya suami-istri atau partner yang mampu bekerja sama membangun perkawinan, keberadaan cincin kawin menjadi tidak penting.
  2. Jari tangan mulai membengkak, sehingga cincin tak muat lagi. Pada pria, jarinya membengkak karena mengikuti ukuran tubuhnya yang mulai membesar sejak merasakan nikmatnya menikah. Sedangkan wanita biasanya mengalami pembengkakan jari tangan karena pengalaman hamil dan melahirkan.
  3. Sifat yang ceroboh dapat menyebabkan sering kehilangan barang-barang pribadi. Seseorang sering lupa di mana meletakkan perhiasannya, atau ukuran cincin yang terlalu besar sehingga tak terasa jatuh entah di mana.
  4. Enggan memakai cincin kawin karena merasa sayang jika digunakan pada waktu kerja. Biasanya pada pria yang kerjanya masih sering berhubungan dengan aktifitas berat seperti mengangkat beban. Tipe pria model ini cenderung menggunakan cincin hanya pada waktu tertentu saja, karena mereka tak ingin cincin nikah mereka rusak dan mengurangi kesakralan cincin pengikat ini.
  5. Termasuk dalam golongan orang yang tidak suka perhiasan. Pada seseorang yang tidak suka aksesoris, cincin dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada saat dia memakainya.

Sementara itu, kalangan yang “pro” dengan urusan memakai cincin mengemukakan alasan yang juga tak kalah kuat. Cincin adalah simbol cinta antara suami dan istri, dan simbol ikatan pernikahan di antara keduanya. Adanya cincin, yang selalu melingkar di jari manis, akan selalu mengingatkan pasangan bahwa mereka telah menikah. Cincin akan selalu mengingatkan mereka untuk saling menghargai, menjadi semacam “pegangan” ketika pasangan menghadapi masalah. Ketika kita mulai tergoda untuk flirting dengan rekan di kantor, kehadiran cincin itu akan segera mengingatkan kita untuk tidak bertindak lebih lanjut. Cincin akan menjadi rem bagi pria maupun wanita untuk tidak berlaku ceroboh dan mempertaruhkan perkawinannya karena ada godaan dari luar.

Menurut saya, memakai cincin kawin bukan jaminan kesetiaan dari seseorang. Pakai cincin atau tidak, tidak menjamin bahwa seseorang, baik pria maupun wanita, tidak akan berselingkuh. Cincin hanyalah sebagai suatu simbol atau adat kebiasaan dari suatu komunitas yang dijadikan standarisasi sucinya perkawinan oleh banyak orang bahkan menjadi mayoritas orang yang mempercayainya. Yang paling penting adalah pendirian didalam lubuk hati kita yang paling dalam. Jika pendirian seseorang tetap teguh pada komitmen, maka godaan-godaan negatif dapat dihindari. Bagaimana dengan anda??

May 17th, 2010

Case Study: SidoMuncul Competitive Strategies in Competing Markets

Posted by Didit Adipratama in ICT

SidoMuncul

1. Profil Perusahaan

PT. SidoMuncul merupakan suatu perusahaan yang mengembangkan usaha di bidang jamu yang berstandar farmasi. Usaha bermula dari sebuah industri rumah tangga pada tahun 1940, dikelola oleh Ibu Rahkmat Sulistio di Yogyakarta, dan dibantu oleh tiga orang karyawan. Seiring dengan banyaknya permintaan terhadap kemasan jamu yang lebih praktis, mendorong beliau untuk memproduksi jamu dalam bentuk yang praktis (serbuk), sehingga pada tahun 1951 didirikan perusahan sederhana dengan nama SidoMuncul yang berarti “Impian yang terwujud” dengan lokasi di Jl. Mlaten Trenggulun. Dengan produk pertama dan andalan, Jamu Tolak Angin, produk jamu buatan Ibu Rakhmat ini mulai mendapat tempat di hati masyarakat sekitar dan permintaannyapun selalu meningkat.

Dalam perkembangannya, pabrik yang terletak di Jl. Mlaten Trenggulun ternyata tidak mampu lagi memenuhi kapasitas produksi yang besar akibat permintaan pasar yang terus meningkat, dan di tahun 1984 pabrik dipindahkan ke Lingkungan Industri Kecil di Jl. Kaligawe, Semarang. Guna mengakomodir permintaan pasar yang terus bertambah, maka pabrik mulai dilengkapi dengan mesin-mesin modern, demikian pula jumlah karyawannya ditambah sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan (kini jumlahnya mencapai lebih dari 2000 orang).

Untuk mengantisipasi kemajuan dimasa datang, dirasa perlu untuk membangun unit pabrik yang lebih besar dan modern, maka di tahun 1997 dibangun pabrik baru yang berlokasi di Klepu, Kec. Bergas, Ungaran, dengan luas 29 ha, dan sekaligus menerima dua sertifikat yaitu sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) setara dengan farmasi. Sertifikat inilah yang menjadikan PT. SidoMuncul sebagai satu-satunya pabrik jamu berstandar farmasi. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik seluas 7 hektar, lahan Agrowisata 1,5 hektar, dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.

PT. SidoMuncul bertekad untuk mengembangkan usaha di bidang jamu yang benar dan baik. Tekad ini membuat perusahaan menjadi lebih berkonsentrasi dan inovatif. Disamping itu diikuti dengan pemilihan serta penggunaan bahan baku yang benar, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitasnya akan menghasilkan jamu yang baik. Untuk mewujudkan tekad tersebut, semua rencana pengeluaran produk baru selalu didahului oleh studi literatur maupun penelitian yang intensif, menyangkut keamanan, khasiat maupun sampling pasar. Untuk memberikan jaminan kualitas, setiap langkah produksi mulai dari barang datang , hingga produk sampai ke pasaran, dilakukan dibawah pengawasan mutu yang ketat.

2. Analisa Bisnis

Pada awalnya, SidoMuncul sama saja dengan industri jamu lainnya dengan beragam merek yang dapat dijumpai di pasaran. SidoMuncul yang merupakan perusahaan warisan yang telah dirintis sejak tahun 1951 oleh Ny. Rakhmat Sulistyo, lalu digantikan oleh anaknya, Desi Sulistyo Hidayat, dan selanjutnya kepemimpinan diteruskan oleh anaknya, yang juga cucunya Ny. Rakhmat, sebagai generasi penerus ke tiganya pada tahun 1972 oleh Irwan Hidayat. Posisi perusahaan pada saat diberikan ke Irwan Hidayat berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dengan memiliki beban hutang yang cukup besar, dan aset pabrik yang hanya 600 meter persegi, tanpa memiliki sebuah mesin apapun.

Irwan Hidayat mempunyai keyakinan bahwa akan ada suatu titik terang yang akan mengembalikan bisnis jamu ini kepada posisi yang ideal. Sebagai bisnis keluarga yang sudah turun menurun dan merupakan warisan nenek moyang yang sudah mendarah daging di hati masyarakat, Irwan berharap masyarakat masih akan memberikan kepercayaannya terhadap jamu. Oleh sebab itu, dicari metode-metode lainnya yang dapat membuat jamu lebih disukai dan berbeda dengan produk lainnya. Terobosan-terobosan baru dilakukan untuk mendongkrak status SidoMuncul agar berbeda dengan jamu lainnya, dengan membangun kepercayaan publik atau masyarakat bahwa jamu memiliki kredibilitas dalam hal kebersihan, uji toksisitas dan syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh obat.

Terobosan besar yang dilakukan oleh SidoMuncul pada tahun 1997 adalah mencanangkan pembangunan pabrik dengan sertifikasi industri farmasi, dan laboratorium yang terstandarisasi sebagai laboratorium farmasi. Hasilnya, SidoMuncul meraih sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Departemen Kesehatan, yang selama ini industri jamu hanya mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Dengan demikian, image SidoMuncul menjadi terangkat, dan telah terbukti dapat diuji secara klinis keabsahan dan keilmiahannya sebagai obat. Dengan CPOB, telah terbuka lagi pasar baru bagi setiap jamu produksi SidoMuncul, seperti Kuku Bima, Tolak Angin, Kunyit Asem, Jamu Komplit, Jamu Instan, STMJ, dan Anak Sehat yang telah menjadi merek unggulan. SidoMuncul juga mengembangkan pemasarannya ke luar negeri, seperti Hongkong dan China. Dengan keberhasilannya menembus pasar negara asing, maka dapat memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan kepercayaan pasar dalam negeri.

Untuk memperluas pasar di dalam negeri, dilakukan dengan mengembangkan pasar secara vertikal dan horizontal. Pengembangan pasar secara vertikal bertujuan untuk menciptakan sebuah konsep citra jamu yang dapat diterima dikalangan masyarakat menengah atas. Citra jamu yang sebelumnya diidentikkan dengan kalangan masyarakat bawah, maka dengan cara ini jamu dapat diterima di kalangan menengah atas. Terobosan ini dilakukan melalui iklan-iklan, dengan membuat konsep iklan yang menampilkan tokoh-tokoh yang menjadi “perwakilan” kelas menengah atas seperti pengusaha ternama dan grup musik yang sudah terkenal. Pengembangan secara horizontal dilakukan dengan diversifikasi yang menghasilkan produk “brand” minuman dalam bentuk serbuk. Hal ini memiliki potensi pasar yang bagus, karena pemainnya yang masih terbatas sehingga kesempatan masih terbuka luas. Usaha lainnya juga dilakukan dengan tidak segan-segan terjun langsung ke pasar menjumpai distributor, agen, bahkan pedagang jamu gendong atau pemilik kios jamu untuk memasarkan produknya. Dengan demikian, networking SidoMuncul dapat tersebar luas di berbagai tempat dan dapat memimpin pasar.

Dalam menjaga eksistensi dan citra baiknya di dalam masyarakat, SidoMuncul menjalankan proses bisnisnya dengan hati nurani yang mempunyai tanggung jawab sosial. SidoMuncul sebagai pioner industri jamu modern memiliki visi yaitu memberi manfaat lebih banyak kepada masyarakat, dan tidak mengejar keuntungan semata. Kegiatan sosial dilakukan dalam bentuk bakti sosial ke panti asuhan, penjara dan tempat lainnya. SidoMuncul juga menyediakan tim yang datang langsung ke tempat-tempat yang terkena bencana alam. Secara rutin juga, setiap tahun SidoMuncul membuat program mudik bareng untuk seluruh pedagang dan agen jamunya.

Berbagai inovasi dan improvisasi, dilakukan di internal SidoMuncul untuk menjaga mutu produk, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja, dan menjaga serta meningkatkan bargaining position SidoMuncul terhadap konsumen, supplier dan pihak lainnya yang terkait dalam proses bisnis, contohnya improvement di bidang Resource and Development, seperti peningkatan sumber daya manusia, dengan merekrut SDM yang berkualitas dan memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan; Fasilitas pabrik yang sudah terstandarisasi CPOB dan memiliki agrowisata; Upaya penanganan limbah untuk menjadikan perusahaan ramah lingkungan;  kerjasama ilmiah dengan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan agar produk senantiasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemajuan teknologi; bergabung dengan organisasi-organisasi yang memiliki kaitan dengan bisnis seperti GPJI (Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia), Biofarmaka Indonesia, APSKI (Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia), dan organisasi lainnya.

3. Kesimpulan

Berbagai inovasi dan improvisasi dilakukan di internal SidoMuncul untuk menjaga mutu produk, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja, dan menjaga serta meningkatkan bargaining position SidoMuncul terhadap konsumen, supplier dan pihak lainnya yang terkait dalam proses bisnis. SidoMuncul sebagai pioner industri jamu modern telah menerapkan faktor-faktor competitive strategic lain selain quality product yang dapat mempertahankan kompetitive eksistensinya terhadap pasar yang terus berkembang sampai saat ini, antara lain:

  1. Terobosan-terobosan baru dilakukan untuk mendongkrak status SidoMuncul agar berbeda dengan jamu lainnya, dengan membangun kepercayaan publik atau masyarakat bahwa jamu memiliki kredibilitas dalam hal kebersihan, uji toksisitas dan syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh obat.
  2. Mengangkat image SidoMuncul dengan membangun pabrik bersertifikasi industri farmasi, dan laboratorium yang terstandarisasi sebagai laboratorium farmasi sehingga keabsahan dan keilmiahannya sebagai obat dapat dibuktikan dan diuji secara klinis.
  3. SidoMuncul juga mengembangkan pemasarannya ke luar negeri, seperti Hongkong dan China. Dengan keberhasilannya menembus pasar negara asing, maka dapat memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan kepercayaan pasar dalam negeri.
  4. Pengembangan pasar secara vertikal bertujuan untuk menciptakan sebuah konsep citra jamu yang dapat diterima dikalangan masyarakat menengah atas. Citra jamu yang sebelumnya diidentikkan dengan kalangan masyarakat bawah, maka dengan cara ini jamu dapat diterima di kalangan menengah atas. Terobosan ini dilakukan melalui iklan-iklan, dengan membuat konsep iklan yang menampilkan tokoh-tokoh yang menjadi “perwakilan” kelas menengah atas seperti pengusaha ternama dan grup musik yang sudah terkenal.
  5. Pengembangan secara horizontal dilakukan dengan diversifikasi yang menghasilkan produk “brand” minuman dalam bentuk serbuk. Hal ini memiliki potensi pasar yang bagus, karena pemainnya yang masih terbatas sehingga kesempatan masih terbuka luas. Usaha lainnya juga dilakukan dengan tidak segan-segan terjun langsung ke pasar menjumpai distributor, agen, bahkan pedagang jamu gendong atau pemilik kios jamu untuk memasarkan produknya. Dengan demikian, networking SidoMuncul dapat tersebar luas di berbagai tempat dan dapat memimpin pasar.
  6. Menjaga eksistensi dan citra baiknya di dalam masyarakat dengan menjalankan proses bisnisnya dengan hati nurani yang mempunyai tanggung jawab sosial. SidoMuncul sebagai pioner industri jamu modern memiliki visi yaitu memberi manfaat lebih banyak kepada masyarakat, dan tidak mengejar keuntungan semata.
May 17th, 2010

Inovasi Dalam Berusaha

Posted by Didit Adipratama in ICT

Penerapan ICT atau Information Communication Technology pada suatu corporate business sudah menjadi sebuah kebutuhan primer yang sulit dihindarkan. Perggunjingan mengenai permasalahan time and cost dalam menerapkan IT pun telah menjadi topic menarik untuk didiskusikan. Namun, pada akhirnya, penerapan ICT ada suatu perusahaan akan memberikan hasil yang optimal dengan perhitungan teknis yang sangat matang, dimulai dari perencanaan, proses trial, implementasi dan evaluasi.

Pada kesempatan ini, kita akan mencoba membahas penerapan ICT pada perusahaan manufaktur yang pernah kami lakukan.  Perusahaan ini bergerak dibidang manufaktur – plastic molding injection, yang memproduksi bahan mentah (plastic) menjadi barang jadi, contohnya part-part mobil (bumper,grill,dsb) dan motor, untuk dijual ke automotive group seperti: AHM, ADM, HPM, KTB, Yamaha, dsb untuk dirakit.

ICT  yang akan diterapkan di perusahaan ini adalah penerapan software system yang terintegrasi untuk menunjang kinerja perusahaan. Sebelumnya, perusahaan ini sudah menggunakan software yang dibangun sendiri untuk memenuhi kebutuhan bisnisnya. Tetapi karena ruang lingkup bisnisnya berkembang, maka tuntutan akan sarana pendukungnya juga bertambah.

Keputusan untuk merenovasi software system yang sudah ada, di trigger oleh ketidakmampuan system untuk memberikan jawaban untuk sebuah permintaan dengan cepat, dan hal ini sering terjadi dan kasusnya terus berkembang. Contohnya: system tidak dapat memberikan invoice report yang dapat memunculkan beberapa informasi sales order & surat jalan yang diminta oleh user dalam waktu relative cepat, karena invoice, sales order dan surat jalannya dibuat dengan foxpro dan tidak dirancang easy-custom.

Strategy yang dilakukan untuk membuat system baru adalah membuat system yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, reliable, mudah di custom, mudah dimaintain dan dapat berinteraksi dengan system lain. Study case dilakukan pada setiap divisi untuk mendapatkan kebutuhan input dan output yang akan dibuat di system.

Prosedur dalam penyampaian produk dan service kepada para supplier dan customer, secara konsep tidak berubah. Hanya saja, prosedur administrasi berubah sesuai dengan policy atau kebijakan baru, yang dibuat dengan tujuan ketertiban & security system. Contohnya, pada modul procurement, pada saat user membuat purchase request, maka akan ada user akan menerima request number, request akan dianalisa dulu oleh atasannya. Jika setuju, maka request akan diposting, dan diterima oleh staf purchasing. Jadi ada tambahan proses-proses approval didalam system. Perubahan service yang menguntungkan juga dirasakan oleh supplier dan customer. Mereka dapat mengakses informasi status bid, mencari informasi tentang produk-produk terbaru, dan sebagainya.

Langkah-langlah yang dilakukan dalam persiapan pembuatan system ini, dimulai dari: Survey internal perusahaan dengan masing-masing departemen, untuk menganalisa keperluan dan kepentingan setiap departemen, dan menganalisa kekurangan dan kelebihan system lama agar dapat diperbaiki pada system yang baru. Mencari vendor software yang dapat dipercaya, dan menjaga hubungannya agar tetap baik, sehingga dapat memberikan keuntungan tambahan diluar ekspectasi, seperti cost-free untuk mendapatkan tools tambahan, dan penawaran-penawaran lain. Melakukan backup database, dan membuat program kecil atau converter untuk mempermudah migrasi data. Melakukan customization pada sytem yang sudah dibeli, untuk disesuaikan dengan lingkungan bisnis diperusahaan.

Dalam implementasinya, diperlukan sarana tambahan untuk mendukung jalannya system ini, mencakup hardware dan software. Hardware seperti pc-client tidak perlu diganti, networking juga menggunakan sarana yang ada, hanya saja perlu menambahkan server baru yang mendukung systemnya.

Sumber daya manusia untuk menjalankan system ini, tentunya harus menyesuaikan system yang ada. Labor yang ada dapat di-training secara intensive untuk dapat menggunakannya. Team trainer juga sudah disiapkan untuk menjadwalkan training kepada setiap departemen. User interface juga sudah dibuat semaksimal mungkin untuk memudahkan user dalam menggunakannya.

Penerapan system baru bagi para supplier dan pelanggan berdampak positif bagi perusahaan. Terlihat pada proses bid yang berjalan lebih lancar dan tertib, karena supplier dapat melihat status mereka melalui web, dan ketika sampai di office, mereka dituntut untuk menggunakan system antrian untuk memperoses tender mereka. Begitu juga bagi para pelanggan, mereka dapat mengecek produk baru perusahaan, mendownload catalog gratis melalui web, dan diberikan akses ftp bagi konsumen yang memerlukan transportasi data dalam jumlah besar, seperti file-file drawing part design.

Pada akhirnya, implementasi system baru ini berjalan dengan lancar, meskipun diperjalanannya mengalami pro dan kontra. Tetapi dengan perencanaan teknis, budget, koordinasi, support, dan sosialisasi yang baik dan focus untuk tujuan bersama, barang baru ini telah menjadi inovasi yang dapat diterima dan berjalan sesuai harapan perusahaan, bahkan memberikan kontribusi yang baik dalam kinerja perusahaan.

May 17th, 2010

Ubiquitous: Aplikasi & Aspek Pendukung

Posted by Didit Adipratama in UbiComp

Contoh pengembangan ubicomp devices, yaitu Active badge dari laboratorium Riset Olivetti dan Tab dari Pusat Riset Xerox Palo Alto, yang dikembangkan sekitar tahun 1992. Active Bagde berukuran kira-kira sebesar radio panggil (pager). Alat ini dipasangkan di sabuk para pegawai yang dapat memberikan informasi mengenai posisi dimana dia di dalam kantor, sehingga jika seseorang ingin menghubunginya lewat telepon, maka secara otomatis computer akan mengarahkan panggilan telepon ke tempat dia berada. Sedangkan Xerox Tab merupakan sebuah hanheld atau alat genggam dengan kemampuan setara dengan communicator.

UbiComp3aUbiComp3b

Gambar 3 – Active Bagde            Gambar 4 – Xerox Tab

Salah satu contoh penerapan ubicomp yang diterapkan oleh produsen mobil BMW, yaitu penggunaan RFID security chip kedalam prototype kunci mobil. Penerapan ini memiliki beberapa fitur yang memberi kemudahan bagi penggunanya, antara lain fitur automatic-lock dapat memberikan kemudahan bagi pengguna yang akan masuk kedalam mobil, dengan hanya mendekatkan kuncinya, sehingga kunci akan secara otomatis terbuka, setelah computer melakukan authenticate id yang tersimpan didalam chip kunci tersebut. Ketika pengguna sampai didalam mobil, maka dia dapat langsung men-start mesin mobil dengan menekan tombol engine-start, tidak perlu menggunakan kunci manualnya. Selain itu, chip yang digunakan di prototype kunci ini dapat menyimpan personal information seperti informasi kartu kredit, sehingga kunci ini dapat berfungsi sebagai alat pembayaran.

UbiComp4

Gambar 5 – Revolusi Prototype Kunci Mobil

Aspek pendukung yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan mengenai isu-isu yang berkembang dalam penerapan ubicomp adalah sebagai berikut.

  • Wireless Infrastructure

Pengadaan infrastruktur wireless sangat perlu diperhitungkan, mengingat kebutuhan akan wireless dari ubicomp devices relative besar. Semakin banyak informasi yang akan diberikan, maka semakin banyak juga sensor-sensor yang harus digunakan, dan menyebabkan semakin banyaknya devices yang memerlukan koneksi wireless.

  • Pervasive Computing

Ukuran devices yang semakin kecil dan sifat ubicomp yang invisible menyebabkan teknologi ini menjadi pervasive computing, yang berarti tersebar atau mudah menyebar. Contohnya pada device ubicomp yang berukuran notepad. Bentuk fisiknya dianalogikan sebagai scrap paper yang mudah dijangkau dan digunakan oleh banyak orang.

  • Invisible

Sesuai dengan definisi yang dijelaskan oleh Weiser, ubicomp didefinisikan sebagai metode peningkatan penggunaan computer yang bertujuan untuk dapat digunakan dan meningkatkan efektifitas kerja di lingkungan fisik pemakainya dengan tingkat visibilitas serendah mungkin. Ubicomp dapat berwujud sebagai bermacam-macam devices yang memiliki sifat natural. Maksudnya adalah user yang menggunakan ubicomp devices tidak akan merasakan bahwa mereka sedang mengakses computer.

  • · Ambient Computing

Ambient Computing mempelajari teknologi computer yang berpindah-pindah dari satu system ke system yang lain. Teknologi ini mempelajari dan menghasilkan devices yang mampu beradaptasi dengan system dimana dia berada.

  • Human-Computer Interaction (HCI)

Hal ini terkait dengan disain, implementasi dan evaluasi dari suatu interaksi system computer-based, serta pengaruh studi multi-disciplinary dari berbagai isu yang memperngaruhi interaksi. Tujuan dari HCI adalah untuk memastikan keamanan, kegunaan, efektifitas, efisiensi, akses dari sebuah system. Isu yang berkembang sehubungan dengan ubicomp yaitu bagaimana caranya untuk berinteraksi secara efektif dengan informasi dengan devices yang beranekaragam di tempat yang bervariasi. Dan yang lebih penting, bagaimana interaksi ini menjadi dapat dimengerti dan dapat digunakan untuk  user dengan skala spectrum yang besar, mulai dari yang belum berpengalaman sampai dengan spesialis.

  • Natural Interfaces

Adalah metode pengambilan data yang dilakukan dengan menggunakan aspek-aspek alami seperti voice dan writing recognition. Berbagai penelitian terus dilakukan dengan menggunakan algoritma seperti Artificial Intelligence dalam mengenali input alamiah.

  • Context Aware Computing

Merupakan suatu proses computing yang memberikan informasi-informasi tambahan terhadap sebuah objek. Misalnya komputer melakukan proses identifikasi terhadap seorang mahasiswa, maka computer akan memandang orang tersebut sebagai objek dan mengidentifikasinya dengan berbagai atribut yang sudah di setup sehingga dapat memberikan informasi-informasi tambahan seperti NIM, tinggi badan, berat badan dan sebagainya. Semakin besar informasi yang diberikan, maka semakin besar kontribusi yang diberikan dari sebuah ubicomp devices kepada pengguna.

  • Micro-Nano Technology

Perkembangan teknologi mikro dan nano pada chip yang menyebabkan ukuran microchip semakin kecil, terus berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan. Teknologi yang sudah banyak digunakan adalah Radio Frequency Identification (RFID).  Chip ini menyimpan informasi penting dari owner yang dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan. Misalnya Binusian Card yang digunakan oleh Bina Nusantara (Binus) University. Binusian Card ini berfungsi sebagai ID mahasiswa yang dapat berfungsi sebagai absensi, kartu mata kuliah dan alat pembayaran.

  • Security

Penerapan ubicomp devices menyebabkan meningkatnya resiko terhadap security. Penggunaan wireless devices membuka peluang terjadinya penyadapan data. Berbagai penelitian dan teknologi baru menjadi topic yang sangat berharga dalam perkembangan ubicomp.

  • Privacy

Penggunaan devices yang dapat memantau posisi terhadap sebuah objek menyebabkan privacy seseorang menjadi berkurang. Jika objeknya adalah manusia. Seperti pada contoh sebelumnya, di sebuah perusahaan, setiap karyawannya dilengkapi dengan active bagde sehingga posisi dari setiap karyawannya dapat diketahui oleh atasan.

May 17th, 2010

UBIQUITOUS COMPUTING

Posted by Didit Adipratama in UbiComp

Revolusi computer terus berkembang dengan pesatnya sesuai dengan perkembangan peradaban manusia untuk memenuhi kebutuhannya.  Masih banyak masyarakat awam pada umumnya belum menyadari bahwa kita sudah berada didalam era ketiga revolusi komputer, yaitu ubiquitous computing. Dimana era pertama merupakan era mainframe, yaitu computer  berukuran raksasa dan digunakan bersama-sama oleh banyak orang (one computer-many people). Memasuki era kedua yaitu ditandai dengan tren penggunaan personal computer atau PC (one computer-one person). Selanjutnya pada era ketiga ini seseorang dapat berinteraksi dengan banyak computer (one person-many computer).

UbiComp1

Gambar 1 – Revolusi Komputer

Pada tahun 1988, Mark Weiser, seorang peneliti senior dari Xerox Palo Alto Research Center (PARC) yang merupakan “the father of ubiquitous computing” pada pertama kalinya mempublikasikan definisi istilah ubiquitous computing atau disebut juga ubicomp, yang dalam artikelnya disebutkan sebagai berikut:

“Ubiquitous computing is the method of enhancing computer use by making many computers available throughout the physical environment, but making them effectively invisible to the user.”

Peryataan diatas mendefinisikan ubicomp sebagai metode peningkatan penggunaan computer yang bertujuan untuk dapat digunakan dan meningkatkan efektifitas kerja di lingkungan fisik pemakainya dengan tingkat visibilitas serendah mungkin.

Weiser menjelaskan bahwa ubicomp dapat berwujud sebagai bermacam-macam devices yang memiliki sifat natural. Maksudnya adalah user yang menggunakan ubicomp devices tidak akan merasakan bahwa mereka sedang mengakses computer.

Ide dasar ubicomp muncul pada saat dilakukan sejumlah pengamatan dan penelitian terhadap PC di PARC. PC yang telah menjadi tren bagi masyarakat luas mempunyai manfaat dan pengaruh yang sangat besar. Setelah dilakukan observasi, selain memiliki manfaat yang besar, ternyata PC juga mempunyai dampak negative yaitu membuat penggunanya harus tetap berkonsentrasi pada PC yang mereka gunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga dapat menghabiskan sumberdaya dan waktu bagi penggunanya. Jika permasalahan yang dihadapi pengguna semakin rumit maka waktu dan sumberdayapun akan terbuang lebih banyak. Ubicomp juga tidak sama dengan notebook yang masih menggunakan paradigma PC, hanya saja bentuk fisiknya disesuaikan dengan ukurannya masing-masing.

Mengeluarkan pengaruh paradigma PC dari ubicomp bukan hal yang mudah. Permasalahannya bukan terletak pada graphical user interface (GUI) atau salah satu “interface”, melainkan pada penggunaan bentuk fisik propertinya seperti: keyboard, mouse, berat dan sebagainya. Tantangannya adalah bagaimana menciptakan sebuah hubungan yang baik antara orang dan computer, dimana computer yang akan memberikan solusi tanpa harus membuat sibuk  penggunanya, sehingga mereka dapat meneruskan kegiatan kehidupannya.

Aplikasi computing lain yang dapat membantu proses pemahaman konsep dari ubicomp yaitu virtual reality (VR). Konsep dasarnya adalah membuat suatu dunia lain didalam computer. Penggunaan VR membuat proses computing secara praktek menjadi invisible dengan menggunakan sensor-sensor yang digunakan ditubuh manusia, berupa googles, glove, body suit sehingga dapat menerjemahkan gerakan mereka dalam memanipulasi objek virtual. VR memberikan solusi melalui simulasi yang tidak lain adalah sebuah pemetaan koordinat maya bukan dunia nyata. VR mengabaikan aspek dari dunia nyata dan berfokus pada usaha mensimulasikan dunia nyata kedalam computer untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Unsur dasar inilah yang membuat ubicomp berbeda dengan VR, yang berusaha memanipulasi keadaan dan objek di dunia nyata untuk memberikan solusi untuk suatu permasalahan yang nyata. Seperti dapat dilihat pada gambar dibawah, ubicomp memaksakan computer untuk dapat hidup dan berinteraksi di dunia nyata.

UbiComp2Gambar 2 – Virtual Reality vs Ubicomp

Pendekatan yang dilakukan Weiser adalah berusaha menempatkan definisi dan konstruksi dari komputasi untuk digunakan di kehidupan sehari-hari. Inspirasi diambil dari objek sehari-hari yang ditemukan di kantor dan rumah, terutama untuk objek yang dapat menangkap atau memberikan informasi. Weiser memilih untuk membuat interpretasi objek-objek tersebut kedalam bentuk fisik computer baru yang dapat membawa informasi yang konkrit daripada mereproduksinya kedalam dunia virtual computer.

Bentuk fisik atau nyata di dunia ini mempunyai beragam bentuk dan ukuran. Untuk alasan praktis, bentuk fisik ubiquitous computing diklasifikasikan mulai dari tiga ukuran. Pertama, “wall-sized interactive surface” dianalogikan sebagai papan tulis atau whiteboard atau bulletin board. Kedua adalah notepad, bukan sebagai personal computer melainkan dianalogikan sebagai scrap paper atau secarik kertas yang dengan mudah dapat dijangkau dan digunakan untuk berbagai macam keperluan oleh seseorang dalam satu waktu. Ketiga adalah computer kecil atau tiny computer, dianalogikan sebagai individual notes atau post it. Sekali lagi, Weiser tidak melihatnya sebagai Personal Computer (PC), melainkan sebagai bagian yang tersebar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan aktif setiap saat.

« Previous PageNext Page »
  • Monthly

  • Binusian Link

  • Meta

    • Subscribe to RSS feed
    • The latest comments to all posts in RSS
    • Subscribe to Atom feed
    • Powered by WordPress; state-of-the-art semantic personal publishing platform.
    • Firefox - Rediscover the web