Simplicity

May 29th, 2010

Perceraian: Sebab-Akibat

Posted by Didit Adipratama in Perkawinan

Penyebab Perceraian

Statistik menunjukkan bahwa sekitar 60 persen dari semua kasus perceraian terjadi dalam sepuluh tahun pertama perkawinan. Bahkan dengan maraknya perceraian yang dilakukan oleh kaum selebriti, membuat bercerai menjadi masalah pilihan gaya hidup semata. Angka perceraian terus melonjak.

Sebelum melihat akibat buruk dari perceraian, apa saja yang menjadi penyebab perceraian? Berikut ini beberapa di antara penyebab utama perceraian.

·     Gagal berkomunikasi

Ketidakcocokan akibat kegagalan berkomunikasi antara suami dan istri sering menjadi pemicu perceraian. Kurangnya komunikasi membuat kurangnya rasa saling mengerti dan membuat sering terjadinya pertengkaran. Hal ini akan berujung pada perceraian jika kedua pihak tidak mau atau gagal berkomunikasi.

·     Ketidaksetiaan

Penyebab perceraian lainnya adalah salah satu pasangan berselingkuh. Pasangan yang disakiti tidak dapat memaafkan dan memilih bercerai. Atau sebaliknya, pasangan yang berselingkuh memilih bercerai demi pacar barunya.

·     Kekerasan dalam rumah tangga

Perceraian karena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga menjadi salah satu penyebab utama perceraian. Banyak pasangan memilih menyelamatkan kehidupannya dengan bercerai karena sering mendapat aniaya baik secara fisik maupun verbal.

·     Masalah ekonomi

Ada juga perceraian karena masalah ekonomi. Menganggap pasangan tidak mampu memenuhi kebutuhan materi keluarga, sehingga meninggalkan pasangannya dengan bercerai.

·     Pernikahan dini

Menikah belum cukup umur membuat pasangan muda tersebut belum siap menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan perkawinan. Sehingga seringkali keputusan yang dibuat adalah bercerai saat menghadapi banyak tekanan hidup.

·     Perubahan budaya

Dulu perceraian adalah sesuatu yang tabu. Sekarang telah menjadi tren dan gaya hidup banyak pasangan.

Akibat Perceraian

Namun, apakah perceraian jalan keluar yang terbaik? Coba pertimbangkan apa saja kerugian yang harus ditanggung setiap anggota keluarga ketika keputusannya adalah bercerai.

·     Anak menjadi korban

Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasa ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang kini tidak tinggal serumah. Mungkin juga mereka merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai penyebabnya. Prestasi anak di sekolah akan menurun atau mereka jadi lebih sering untuk menyendiri.

Anak-anak yang sedikit lebih besar bisa pula merasa terjepit di antara ayah dan ibu mereka. Salah satu atau kedua orang tua yang telah berpisah mungkin menaruh curiga bahwa mantan pasangan hidupnya tersebut mempengaruhi sang anak agar membencinya. Ini dapat mebuat anak menjadi serba salah, sehingga mereka tidak terbuka termasuk dalam masalah-masalah besar yang dihadapi ketika mereka remaja. Sebagai pelarian yang buruk, anak-anak bisa terlibat dalam pergaulan yang buruk, narkoba, atau hal negatif lain yang bisa merugikan.

·     Dampak untuk orang tua

Selain anak-anak, orang tua dari pasangan yang bercerai juga mungkin terkena imbas dari keputusan untuk bercerai. Sebagai orang tua, mereka dapat saja merasa takut anak mereka yang bercerai akan menderita karena perceraian ini atau merasa risih dengan pergunjingan orang-orang.

Beberapa orang tua dari pasangan yang bercerai akhirnya harus membantu membesarkan cucu mereka karena ketidaksanggupan dari pasangan yang bercerai untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

·     Bencana keuangan

Jika sebelum bercerai, suami sebagai pencari nafkah maka setelah bercerai Anda tidak akan memiliki pendapatan sama sekali apalagi jika mantan pasangan Anda tidak memberikan tunjangan. Atau jika pemasukan berasal dari Anda dan pasangan, sekarang setelah bercerai, pemasukan uang Anda berkurang. Jika Anda mendapat hak asuh atas anak, berarti Anda juga bertanggung jawab untuk menanggung biaya hidup dari anak Anda. Yang perlu diingat, setelah bercerai, umumnya banyak keluarga mengalami penurunan standar kehidupan hingga lebih dari 50 persen.

·     Masalah pengasuhan anak

Setelah bercerai, berarti kini Anda harus menjalankan peranan ganda sebagai ayah dan juga sebagai ibu. Ini bukanlah hal yang mudah karena ada banyak hal lain yang harus Anda pikirkan seorang diri. Terlebih, jika anak sudah memasuki masa remaja yang penuh tantangan, Anda harus dengan masuk akal menjaga atau memberikan disiplin kepada anak agar dapat tumbuh menjadi anak yang baik.

Masalah lain dalam hal pengasuhan anak adalah ketika harus berbagi hak asuh anak dengan pasangan karena bisa jadi Anda masih merasa sakit hati dengan perlakuan mantan Anda sehingga sulit untuk bersikap adil. Hal-hal yang harus dibicarakan seperti pendidikan atau disiplin anak mungkin dapat menyebabkan pertengkaran karena tidak sepaham dan rasa sakit hati dapat membuat hal ini semakin buruk.

·     Gangguan emosi

Adalah hal yang wajar jika setelah bercerai Anda masih menyimpan perasan cinta terhadap mantan pasangan Anda. Harapan Anda untuk hidup sampai tua bersama pasangan menjadi kandas, ini dapat menyebabkan perasaan kecewa yang sangat besar yang menyakitkan. Mungkin juga Anda ketakutan jika tidak ada orang yang akan mencintai Anda lagi atau perasaan takut ditinggalkan lagi di kemudian hari.

Perasaan lain yang mungkin dialami adalah perasaan terhina atau perasaan marah dan kesal akibat sikap buruk pasangan. Anda juga mungkin merasa kesepian karena sudah tidak ada lagi tempat Anda berbagi cerita, tempat Anda mencurahkan dan mendapatkan bentuk kasih saying. Serangkaian problemkesehatan juga bisa disebabkan akibat depresi karena bercerai.

·     Bahaya masa remaja kedua

Pasangan yang baru bercerai sering mengalami masa remaja kedua. Mereka mencicipi kemerdekaan baru dengan memburu serangkaian hubungan asmara dengan tujuan untuk menaikkan harga diri yang jatuh atau untuk mengusir kesepian. Hal ini bisa menimbulkan problem baru yang lebih buruk dan tragis karena tidak mempertimbangkan baik-baik langkah yang dilakukan.

Perceraian bukanlah hal yang terbaik karena ada dampak-dampak buruk yang harus Anda hadapi. Walaupun perkawinan Anda tampak hampir hancur, tidaklah baik untuk menghancurkannya dengan bercerai. Berpikirlah untuk mempertahankan perkawinan Anda demi anak dan keluarga Anda. Jika pasangan Anda tampaknya tidak baik atau tidak menyayangi Anda, cobalah komunikasikan hal ini dengan pasangan Anda dengan cara yang baik karena kebanyakan faktor perceraian karena kegagalan berkomunikasi. Hindari berpikir untuk berselingkuh karena hal itu akan memperburuk keadaan.

Perceraian bukanlah jalan keluar terbaik. Sebelum bercerai pertimbangkan secara matang akibatnya hingga jauh ke depan. Banyak pengalaman menunjukkan bahwa perkawinan yang bermasalah masih bisa diselamatkan tanpa perlu bercerai.

kumpulan.info

May 17th, 2010

Cincin kawin haruskah dipakai ?

Posted by Didit Adipratama in Perkawinan

CinCinKawinPernikahan dapat menjadi hal penting di dalam kehidupan seseorang, bahkan menjadi sebuah goal bagi seseorang untuk menjadikannya sebuah tolak ukur bagi keberhasilan proses kehidupannya pada tahap tertentu. Sebagian besar kaum mayoritas, beranggapan bahwa Cincin kawin merupakan suatu lambang cinta suci antara sepasang kekasih yang bersatu dalam komitmen untuk menjalankan hidupnya dalam ikatan pernikahan. Dengan memakai cincin kawin, juga menjadi suatu tanda bahwa seseorang telah diikat dalam suatu komitmen atau perkawinan. Jadi secara ideal, cincin kawin sebaiknya selalu dipakai seseorang baik pria maupun wanita sebagai tanda kalau mereka sudah menikah atau bisa juga secara klise sebagai suatu simbol agar selalu teringat akan pasangannya. Kemanapun dan kapanpun pasangan itu pergi, cincin kawin idealnya selalu ikut bersama, terpasang dengan baik di jari manis sebagai simbol kekuatan cinta.

Pada prakteknya, banyak didapati pasangan yang memilih tidak mengenakan cincin. Hal ini memang sering menimbulkan pertanyaan bagi yang melihatnya. Apakah seorang suami akan mengaku masih bujangan ketika berada di luar rumah pada saat tidak memakai cincinnya? Namun, para wanita saat ini juga banyak yang memilih tidak mengenakan cincin. Apakah absennya cincin dari jari wanita juga disebabkan ia ingin mengaku masih single di luaran? Rasanya tidak. Ada beberapa alasan yang mereka lontarkan:

  1. Menganggap memakai cincin kawin tidak begitu penting, atau tidak mutlak harus dilakukan. Selama pasangan sama-sama bertanggungjawab dengan status pernikahannya dan bersikap layaknya suami-istri atau partner yang mampu bekerja sama membangun perkawinan, keberadaan cincin kawin menjadi tidak penting.
  2. Jari tangan mulai membengkak, sehingga cincin tak muat lagi. Pada pria, jarinya membengkak karena mengikuti ukuran tubuhnya yang mulai membesar sejak merasakan nikmatnya menikah. Sedangkan wanita biasanya mengalami pembengkakan jari tangan karena pengalaman hamil dan melahirkan.
  3. Sifat yang ceroboh dapat menyebabkan sering kehilangan barang-barang pribadi. Seseorang sering lupa di mana meletakkan perhiasannya, atau ukuran cincin yang terlalu besar sehingga tak terasa jatuh entah di mana.
  4. Enggan memakai cincin kawin karena merasa sayang jika digunakan pada waktu kerja. Biasanya pada pria yang kerjanya masih sering berhubungan dengan aktifitas berat seperti mengangkat beban. Tipe pria model ini cenderung menggunakan cincin hanya pada waktu tertentu saja, karena mereka tak ingin cincin nikah mereka rusak dan mengurangi kesakralan cincin pengikat ini.
  5. Termasuk dalam golongan orang yang tidak suka perhiasan. Pada seseorang yang tidak suka aksesoris, cincin dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada saat dia memakainya.

Sementara itu, kalangan yang “pro” dengan urusan memakai cincin mengemukakan alasan yang juga tak kalah kuat. Cincin adalah simbol cinta antara suami dan istri, dan simbol ikatan pernikahan di antara keduanya. Adanya cincin, yang selalu melingkar di jari manis, akan selalu mengingatkan pasangan bahwa mereka telah menikah. Cincin akan selalu mengingatkan mereka untuk saling menghargai, menjadi semacam “pegangan” ketika pasangan menghadapi masalah. Ketika kita mulai tergoda untuk flirting dengan rekan di kantor, kehadiran cincin itu akan segera mengingatkan kita untuk tidak bertindak lebih lanjut. Cincin akan menjadi rem bagi pria maupun wanita untuk tidak berlaku ceroboh dan mempertaruhkan perkawinannya karena ada godaan dari luar.

Menurut saya, memakai cincin kawin bukan jaminan kesetiaan dari seseorang. Pakai cincin atau tidak, tidak menjamin bahwa seseorang, baik pria maupun wanita, tidak akan berselingkuh. Cincin hanyalah sebagai suatu simbol atau adat kebiasaan dari suatu komunitas yang dijadikan standarisasi sucinya perkawinan oleh banyak orang bahkan menjadi mayoritas orang yang mempercayainya. Yang paling penting adalah pendirian didalam lubuk hati kita yang paling dalam. Jika pendirian seseorang tetap teguh pada komitmen, maka godaan-godaan negatif dapat dihindari. Bagaimana dengan anda??

  • Monthly

  • Binusian Link

  • Meta

    • Subscribe to RSS feed
    • The latest comments to all posts in RSS
    • Subscribe to Atom feed
    • Powered by WordPress; state-of-the-art semantic personal publishing platform.
    • Firefox - Rediscover the web